Model ABCE Kuartet Penentuan Organ Bunga

 


a.     Model ABC secara parsial menjelaskan determinasi identitas organ bunga

Lima gen identitas organ bunga terbagi dalam tiga kelas yaitu gen Kelas A, B, dan C yang memiliki tiga jenis aktivitas berbeda (Gambar 1):

 

Gambar 1. Determinasi organ bunga berdasarkan model ABC

·     Aktivitas Gen Kelas A, yang dikodekan oleh gen AP1 dan AP2, mengontrol identitas organ di lingkaran (whorl) pertama dan kedua. Hilangnya aktivitas gen Kelas A menyebabkan pembentukan karpel di whorl (yang seharusnya sepal pada wild type) dan benang sari pada whorl kedua (yang seharusnya kelopak pada wild type).

·     Aktivitas Gen Kelas B, yang dikodekan oleh gen AP3 dan PI, mengontrol penentuan organ di lingkaran kedua dan ketiga. Hilangnya aktivitas gen Kelas B menyebabkan pembentukan sepal sebagai pengganti kelopak di lingkaran kedua, dan karpel sebagai pengganti benang sari di lingkaran ketiga.

·     Aktivitas Gen Kelas C, dikodekan oleh gen AG, mengontrol penentuan organ di lingkaran ketiga dan keempat. Hilangnya aktivitas gen Kelas C menyebabkan pembentukan kelopak bunga menggantikan benang sari di lingkaran ketiga. Selain itu, dengan tidak adanya aktivitas gen Kelas C, lingkaran keempat (biasanya karpel) diganti dengan bunga baru. Akibatnya, lingkaran keempat dari bunga mutan ag ditempati oleh sepal. Meristem bunga tidak lagi terdeterminasi. Bunga terus terbentuk di dalam bunga, dan pola organnya (dari luar ke dalam) adalah: sepal, kelopak, kelopak; sepal, kelopak, kelopak; dan seterusnya. Model ABC berasal dari banyak pengamatan dari dua spesies eudikot yang berkerabat jauh (snapdragon dan Arabidopsis), dan memberikan cara untuk memahami bagaimana regulator kunci yang dapat secara kombinatorial memberikan hasil yang kompleks. Model ABC mendalilkan bahwa identitas organ di setiap lingkaran ditentukan oleh kombinasi unik dari tiga aktivitas gen identitas organ (Gambar 1):

- Aktivitas gen Kelas A saja menentukan sepal.

- Aktivitas gen Kelas A dan B bersama-sama diperlukan untuk pembentukan kelopak bunga.

- Aktivitas gen Kelas B dan C bersama-sama membentuk benang sari.

- Aktivitas Kelas C saja menentukan pembentukan karpel.

Model tersebut selanjutnya mengusulkan bahwa aktivitas Kelas A dan C saling menekan satu sama lain; yaitu, gen kelas A dan C saling mengeksklusikan dari domain ekspresinya, selain fungsinya dalam menentukan identitas organ. Meskipun pola pembentukan organ pada bunga wildtype dan sebagian besar mutan diprediksi dan dijelaskan dengan model ini, tidak semua pengamatan dapat dijelaskan oleh gen ABC saja. Misalnya, ekspresi gen ABC di seluruh tanaman tidak mengubah daun vegetatif menjadi organ bunga. Dengan demikian, gen ABC, meskipun diperlukan, tidak cukup untuk menghasilkan identitas organ bunga ke dalam program perkembangan daun. Faktor transkripsi yang dikodekan oleh gen identitas meristem bunga juga diperlukan untuk pembentukan kelopak, benang sari, dan karpel.

b.     Gen Arabidopsis Kelas E diperlukan untuk aktivitas gen kelas A, B, dan C

Sejak gen A, B, dan C diidentifikasi, kelas lain dari gen homeotik floral, gen Kelas E, juga ditemukan. Mutasi pada tiga gen lain yang diidentifikasi dalam screening mutan untuk mutan homeotik bunga, AGAMOUS-LIKE1-3 (AGL1-3), hanya menghasilkan fenotipe subtle ketika bermutasi secara individual. Namun, bunga mutan triple agl1/agl2/agl3 hanya terdiri dari struktur sepal, menunjukkan bahwa fenotipe subtle yang sebelumnya diamati pada tiga gen AGL yang bermutasi secara individual disebabkan oleh redundansi fungsional. Karena fenotipe kaya sepal dari triple mutan, tiga gen AGL diubah namanya menjadi SEPALLATA1-3 (SEP1-3) dan ditambahkan ke model ABC sebagai gen Kelas E (Gambar 20.26). (Sedangkan Gen Kelas D diperlukan untuk pembentukan bakal biji). Gen SEPALLATA lain, SEP4, dibutuhkan secara redundan dengan tiga gen SEP lainnya untuk memberikan identitas sepal, dan berkontribusi pada perkembangan tiga jenis organ lainnya. Mutan Sep quadruple menunjukkan konversi dari keempat jenis organ bunga menjadi struktur seperti daun, mirip dengan mutan ap1, ap2, ap3 / pi, dan ag quadruple (Gambar 2 dan 3).

Gambar 2. Mutan quadrapel Arabidopsis (ap1, ap2, ap3/pi, ag) menghasilkan struktur mirip daun pada tempat organ bunga

 

 

Gambar 3. Model ABCE pada perkembangan bunga. (A) mutan sepallata1-4, semua organ floral menjadi daun vegetatif, mengindikasikan bahwa gen SEP dibutuhkan untuk identitas meristem bunga. (B) Model ABCE untuk determinasi organ floral dimana SEP berfungsi sebagai gen kelas E yang dibuthkan untuk identitas organ bunga (Krizek dan Fletcher, 2005)

Dengan mengekspresikan gen Kelas E dalam kombinasi dengan gen Kelas A dan B dapat mengubah kotiledon dan daun vegetatif menjadi kelopak bunga (Gambar 4).

Gambar 4. Konversi kotiledon dan daun vegetatif menjadi petal dengan ekspresi ektopik gen Kelas E dengan kombinasi bersama gen Kelas A dan B. Arabidopsis overekspresi SEP3/AP1/AP3/PI (A) atau AP1/AP3/PI/SEP2/SEP3 (B) (Pelaz dkk, 2001)

Model ABCE dirumuskan berdasarkan eksperimen genetik pada Arabidopsis dan Antirrhinum. Bunga dari spesies berbeda telah mengembangkan beragam struktur dengan memodifikasi jaringan regulasi yang dijelaskan oleh model ABCE.

 

c.      Menurut Model Kuartet, identitas organ bunga diregulasi oleh kompleks tetramerik protein ABCE

Semua gen homeotik yang telah diidentifikasi sejauh ini, baik pada tumbuhan maupun hewan, menyandikan faktor transkripsi. Namun, tidak seperti gen homeotik hewan, yang berisi urutan homeobox, sebagian besar gen homeotik tumbuhan termasuk dalam kelas sekuens terkait yang dikenal sebagai gen MADS box. Akronim MADS didasarkan pada empat anggota awal (MCM1, AGAMOUS, DEFICIENS, dan SRF) dari famili gen besar. Banyak dari gen yang menentukan identitas organ bunga adalah gen MADS box, termasuk gen DEFICIENS dari snapdragon dan gen AGAMOUS (AG), PISTILLATA (PI), dan APETALA3 (AP3) dari Arabidopsis. Gen MADS box berbagi karakteristik, sekuens nukleotida terkonservasi yang dikenal sebagai MADS box, yang mengkode struktur protein yang dikenal sebagai domain MADS (Gambar 5A). Berdekatan dengan domain MADS adalah intervenning region diikuti oleh domain K, yang merupakan wilayah kumparan melingkar yang terutama terlibat dalam interaksi protein-protein. Faktor transkripsi gen MADS box membentuk tetramer yang mengikat sekuens CC (A/T)6 GG, yang disebut CArG box, di wilayah regulasi gen targetnya. Ketika tetramer mengikat dua kotak CArG yang berbeda pada gen target yang sama, kotak-kotak tersebut didekatkan, menyebabkan pembengkokan DNA (Gambar 5B).

Gambar 5. Model interaksi domain MADS box dengan gen target. (A) Struktur domain faktor transkripsi MADS box. (B) Tetramer faktor transkripsi MADS box terikat pada pasangan CarG-box di region regiulatory gen target, yang menybabkan DNA bending. DNA bending dapat mengaktifkan maupun merepressi gen target.

 

Tidak semua gen homeotik adalah gen MADS box, dan tidak semua gen yang mengandung domain MADS box adalah gen homeotik. Misalnya, gen homeotik AP2 adalah anggota dari famili faktor transkripsi AP2 / ERF (faktor pengikat elemen responsif etilen), dan gen identitas meristem bunga SOC1 adalah gen MADS box. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mekanistik tentang model ABCE, model interaksi biokimia, yang disebut Model Kuartet, telah diusulkan (Gambar 6).

Gambar 6. Model quartet spesifikasi organ Arabidopsis. Pada whorl 1, ekspresi gen kelas A (AP1 dan AP2) dan E (SEP) menyebabkan pembentukan sepal. Pada whorl 2, ekspresi gen kelas A (AP1 dan AP2), B (AP3, PI), dan E (SEP) menyebabkan pembentukan petal. Pada whorl 3, ekspresi gen kelas B (AP3, PI), C (AG), dan E (SEP) menyebabkan pembentukan stamen. Pada whorl 4, gen kelas C ((AG) dan E (SEP) menyebabkan pembentukan karpel. Sebagai tambahan, aktivitas kelas A (AP1 dan AP2) merepressi aktivitas kelas C (AG) pada whorl 1 dan 2, sedangkan aktivitas kelas C merepressi aktivitas kelas A pada whorl 3 dan 4. Berdasarkan model quartet, identitas tiap organ bunga ditentukan oleh empat kombinasi protein homeotik bunga yang dikenal sebagai protein MADS box. Dua dimer dari tiap tetramer mengenali dua titik DNA yang berbeda (disebut CarG-box) pada strand DNA yang sama, yang kemudian berdekatan oleh DNA bending.

 

Dalam Model Kuartet, tetramer kombinasi gen ABCE secara langsung mengikat DNA dan menentukan organ bunga. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa gen MADS box berdimerisasi, dan dua dimer dapat bersatu membentuk sebuah tetramer. Tetramer ini dihipotesiskan mengikat kotak-CArG pada gen target dan memodifikasi ekspresinya (lihat Gambar 20.28B). Meskipun semua protein MADS box dapat membentuk kompleks tingkat tinggi, tidak semuanya mampu mengikat DNA. Misalnya, faktor Kelas B (AP3 dan PI) mengikat DNA hanya sebagai heterodimer, sedangkan homodimer dan heterodimer Kelas A, C, dan E dapat mengikat DNA. Menurut model ABCE, tetramer yang terdiri dari homodimer dan heterodimer berbeda dari protein domain MADS dapat menggunakan kontrol kombinatorial atas identitas organ bunga. Misalnya, heterodimer AP3 – PI berinteraksi langsung dengan AP1 dan SEP3 untuk mendorong pembentukan kelopak, dan secara tidak langsung dengan AG dengan bantuan SEP3 yang bertindak sebagai scaffold. Secara umum, protein SEP tampaknya bertindak sebagai kofaktor yang memberikan aktivitas spesifik bunga pada gen ABC dengan membuat kompleks produknya.

 

d.     Gen kelas D diperlukan untuk pembentukan bakal biji (ovule)

Menurut model ABCE, pembentukan karpel membutuhkan aktivitas gen Kelas C dan E. Namun, tampaknya kelompok ketiga dari gen MADS box yang terkait erat dengan gen Kelas C diperlukan untuk pembentukan bakal biji. Gen spesifik bakal biji ini disebut gen Kelas D. Karena bakal biji adalah struktur di dalam karpel, gen Kelas D sebenarnya bukan “gen identitas organ,” meskipun fungsinya sama dalam menspesifikasikan bakal biji. Aktivitas kelas D pertama kali ditemukan pada tanaman Petunia. Silencing dua gen MADS box yang diketahui terlibat dalam perkembangan bunga di petunia, FLORALBINDING PROTEIN 7/11 (FBP7/11), mengakibatkan tumbuhnya style dan stigma di lokasi yang biasanya ditempati bakal biji. Ketika FBP11 diekspresikan secara berlebihan dalam petunia, ovule primoridia terbentuk pada sepal dan kelopak. Pada Arabidopsis, ekspresi ektopik dari SHATTERPROOF1 atau SHATTERPROOF2 (SHP1, SHP2) atau SEEDSTICK (STK) cukup untuk mendorong transformasi sepal menjadi organ karpeloid yang mengandung ovula. Selain itu, mutan tripel stk / shp1 / shp2 tidak memiliki bakal biji yang normal. Jadi, selain gen Kelas C dan E, gen Kelas D diperlukan untuk perkembangan bakal biji yang normal

 

 

 

e.     Rangkuman Model ABCDE

Gabungan antara model ABCE dengan gen D yang berperan dalam pembentukan ovule dapat dirumuskan pada Gambar 7.

Description: C:\Users\ASUS\Pictures\F1.large.jpg

Gambar 7. Model ABCDE dan Quartet Model. Identitas organ bunga ditentukan oleh kombinasi quartet protein MADS box yang menempel pada CarG-box DNA target dan memodifikasi ekspresinya.

f.      Asimetri bunga pada bunga diatur oleh ekspresi gen

Sementara banyak bunga, seperti Arabidopsis memiliki simetris radial, banyak tanaman telah mengembangkan bunga dengan simetri bilateral, yang memungkinkannya membentuk struktur khusus untuk menarik penyerbuk. Misalnya, bunga Antirrhinum menunjukkan perbedaan yang mencolok pada bentuk kelopak atas (dorsal) dibandingkan dengan kelopak bawah (ventral) (Gambar 8).

Gambar 8. Asimetri pada Anthirrinum. (A,B) Bunga Anthirrinum memiliki simetri bilateral. (C) gen DIVARICATA (DIV) mengkode faktor transkripsi MYB yang menyebabkanidentitas ventral bunga. CYCLOIDEA (CYC) dan DICHOTOMA (DICH) mengkode faktor transkripsi terkait yang mengaktifkan gen RADIALIS (RAD). Protein RAD berperan antagonis terhadap DIV di bagian dorsal dan membatasi aktivitasnya ke domain lateral dan ventral (Krizek dan Fletcher, 2005)

Mutasi yang mengganggu perkembangan bunga zygomorphic telah dikenal sejak abad kedelapan belas. Carl Linnaeus adalah orang pertama yang mendeskripsikan mutan toadflax (Linaria vulgaris) yang terjadi secara alami yang mengubah bunga simetris bilateral menjadi bentuk simetris radial (Gambar 9).

Gambar 9. Mutan “peloria” Toadflax (Linaria vulgaris), Bunga normal Linaria dengan simetri bilateral di sebelah kiri, dan mutan “peloria” simetri radial di sebelah kanan. Bunga “peloria” saat ini diketahui diakibatkan oleh inaktivasi gen CYCLOIDEA melalui metilasi DNA (Busch dan Zachgo, 2009).

Bunga dari genus Linaria biasanya memiliki corolla dengan empat benang sari dan satu nektar spur. Spesimen aneh (bizarre) yang dijelaskan oleh Linnaeus memiliki lima benang sari dan lima nektar spur. Keadaan abnormal, simetris radial ini dijuluki "peloria" oleh Linnaeus, dari kata Yunani untuk "monster". Baru-baru ini, mutan analog ("peloric") di Antirrhinum majus telah memungkinkan diseksi genetik dari mekanisme molekuler spesifikasi simetri bunga. Kloning gen mutasi RADIALIS (RAD) mengungkapkan mekanisme pengaturan dimana RAD mengontrol asimetri bunga (lihat Gambar 20.30). RAD mengkodekan faktor transkripsi dari famili MYB yang menekan gen kunci lain yang disebut DIVARICATA (DIV). Ketika DIV bermutasi, hal itu menyebabkan semua kelopak bunga terlihat seperti kelopak atas (dorsal). Oleh karena itu, DIV menentukan identitas kelopak bawah (ventral) pada bunga. Analisis mutan lain menunjukkan bahwa RAD menentukan identitas kelopak atas (ventral). Faktor transkripsi RAD diaktivasi oleh dua gen lain, CYCLOIDEA dan DICHOTOMA, yang diekspresikan di kelopak dorsal. Ekspresi RAD memungkinkan DIV untuk direpresi di bagian dorsal bunga. Jika RAD tidak diekspresikan di dasar bunga, DIV diekspresikan dan menentukan aktivitas ventral.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Busch, A. and Zachgo, S., 2007. Control of corolla monosymmetry in the Brassicaceae Iberis amara. Proceedings of the National Academy of Sciences104(42), pp.16714-16719.

Krizek, B.A. and Fletcher, J.C., 2005. Molecular mechanisms of flower development: an armchair guide. Nature Reviews Genetics6(9), pp.688-698.

Pelaz, S., Tapia-López, R., Alvarez-Buylla, E.R. and Yanofsky, M.F., 2001. Conversion of leaves into petals in Arabidopsis. Current Biology11(3), pp.182-184.

Taiz, L., Zeiger, E., Møller, I.M. and Murphy, A., 2015. Plant physiology and development (No. Ed. 6). Sinauer Associates Incorporated.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar